Kamis, 12 Maret 2015

Berharap Kau Tersenyum

Waktu berputar secara cepat, tak terasa dengan apa yang Ku jalani begitu terlintas sangat singkat, dengan ketulusan hati menjalani sebuah tubuh yang terikat dan mencoba berlari didalam gelap yang pekat. Langkah kaki berjalan menuju titik yang selama ini digambarkan, hanya untuk berharap sebuah kebahagiaan. Mata tepejam merasakan penderitaan, terbuka lebar melihat sebuah kenyataan. Andai saja apa yang ku rasa dapat dengan mudah ku baca, mungkin tak akan ada sebuah luka, Andai apa yang ku cinta dengan mudah ku minta, mungkin tak akan ada lagi arti sebuah perjuangan yang bermakna. Hidupku seperti daun yang semula tidak mampu dipilah, hanya tumbuh karena batang yang tertanam didalam tanah, meski harus terluka parah, walaupun sampai bercucuran darah, semua demi segala sesuatu yang disayanginya agar tidak berubah.

Didalam waktu yang berputar ini, Ku coba merasakan seperti apa indahnya sebuah pelangi. Apakah Ku harus menanti hujan dan menunggu redup untuk dapat melihatnya? Aku tak yakin, sebab, Apakah disaat Ku telah menantikan kehadiranmu. Kau akan datang? Mungkin tidak, dan mungkin Kau hanya akan menjawab dengan keraguan. Terkadang disaat Ku tak mengharapkanmu untuk hadir lagi, Kau menampak-kan dirimu diantara langit-langit yang tinggi. Sehingga, disaat mata ini mencoba untuk berpaling dari pandanganya, Aku merasa Kau sangat berharga, dan Aku tidak mungkin untuk melewatkanya. Kau tau mengapa Aku begitu? Coba tanyakan saja pada dirimu. Ya, Aku tau hidup ini tak selamanya indah, tak semuanya cerah. Terkadang disaat Aku ingin menatapmu, benar-benar ingin menatapmu, Aku tak bisa melakukan itu. Mungkin karena kabut pagi yang menghalangiku, atau mungkin juga Kau yang tidak ada didepanku. Ku tanyakan semua tentangmu kepada sang mentari, " Wahai sang penyinar bumi, Dimanakah pelangi?" Dan Ia menjawab, "Aku tak tahu, nantikan saja sampai Ia benar-benar hadir". Aku masih tetap menunggunya muncul, seperti apa yang telah dikatakan oleh sang mentari. Ya setidaknya, Aku hanya ingin melihat warna indahnya, wajah manisnya, senyuman kebahagiaan dihari-harinya. 


Di hari pertama, tak nampak ada tanda-tanda Ia akan hadir lagi. Namun Aku tetap percaya untuk menanti, untuk menunggunya sampai Ia kembali. Akan tetapi, ternyata Ia benar-benar tidak ada. Ku coba menunggu di hari berikutnya, namun sama, Ia tetap saja tidak ada. Ketika Aku mencoba untuk merubah sebuah pikiranku, menghilangkan sebuah perasaanku, Ia malah muncul kembali. dan seperti biasa, Aku tetap mendekatinya, Aku melihat warna indahnya, menatap wajahnya dan bertanya "Kemana saja dirimu? Mengapa sudah lama Aku tak melihatmu? Aku menunggumu..." Dan dia menjawab "Aku tidak kemana-mana, Aku masih tetap disini".    Entah apa yang ada dalam pikiranya, Aku tak mengerti. Namun, yang jelas Aku bahagia karena bisa melihatnya tersenyum lagi. 


Setelah sekian lama Aku tak melihatnya, nampak ada yang berbeda. Dia tidak seperti biasanya, tapi yasudahlah... Mungkin itu hanya sebuah ilusi dua sisi hati saja. Atau mungkin juga karena Aku yang benar-benar telah merindukanya.

Hari-hariku kini dapat sedikit kembali tenang, saat Kau telah muncul bagai sebuah kunang-kunang, cahayamu tetap bersinar terang. Dalam keadaan sesulit apapun, Kau tetap hadir bagai penawar racun. Sejak saat itu, semua mampu berjalan maju, Aku menulis lagi untukmu, dan Aku melanjutkan skenario yang telah Ku buat dihari lalu. Ini sebuah kenyataan, Fakta didalam perbedaan. Aku tak menulis dalam bentuk opini, karena Aku tau itu tak berarti. "Apakah ini awal dari lembaran kertas yang pernah ada?".  Mungkin, Aku akan menambahkan tulisan ini ke buku yang lama, Dan Kau adalah seseorang yang Akan ada didalamnya.

Kau tau tentang hujan? Ya, hujan adalah air yang hadir untuk membawa kedamaian. Kau tak percaya? Mari kita buktikan. Disaat hujan turun untuk membasahi keringnya tanah yang tandus, Ia hadir untuk membasahinya terus-menerus. Apakah tanah itu menolaknya? Tidak! Justru itulah yang dinantikannya. Disaat pohon-pohon yang hijau telah layu, Apakah air hujan turun untuk membuatnya mati? Tidak! Justru Ia menolongnya untuk hidup kembali. Dan kini giliran kita, tentang Aku dan juga Kau. Apakah Kau menyukai hujan? Mungkin iya, tapi disaat Ia turun.. apakah Kau ada untuk merasakanya? Mungkin tidak, Cobalah rasakan. Jika Kau memang benar-benar menyukai hujan, Kau tak perlu takut untuk basah. Jika kau benar-benar ingin merasakan hujan, Kau tak perlu resah. Rasakan saja kehadiranya, meskipun itu tak kau lakukan setiap harinya. Banyak yang menganggap ini semua tak berarti, justru tidak untuk-ku. Mungkin hidupku terpandang aneh. Tapi Aku memang benar-benar ingin dari sesuatu yang sebenarnya tak penting dilihat, Aku dapat melakukan hal yang dapat melekat dalam kehidupan meskipun itu singkat. Dan kini Aku akan mengajak-mu untuk melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan, Aku akan mengajak-mu untuk merasakan hal yang tak biasanya untuk dirasakan. Mari kita lakukan...

Ini tentang mu, Aku hanya melakukan semuanya karenamu. Aku tak akan peduli seberapa buruknya dirimu, yang jelas Aku menyayangimu...

Fiktif, dan Kau pasif. Penerima sebuah aksi, Penyendiri, Terlalu malas dengan keramaian, Berharap dalam kedamaian, dan Kau pendiam, lebih banyak berharap dalam tentram.

Ya, disaat Aku berada dalam kesendirian, Aku mampu membuang sebuah beban. Aku terbangkan semuanya ke udara, bagai sebuah pesawat kertas yang terbang dengan sayapnya. Aku tulis semua harapanku didalamnya, dan kemudian Aku terbangkan dengan sebuah bayangan prahara. Ku harap, apa yang aku tuliskan dapat dengan mudah Aku dapatkan. Dan Ku harap, apa yang telah Aku terbangkan dapat dengan mudah Aku lakukan.

Aku tunggu semua tulisan itu kembali kepadaku,  Ku harap : Yang Semula Aku menerbangkan bebanku, dan yang kembali adalah harapanku.

Bebanku : Aku tak pernah berharap semua beban hadir disini, namun jika itu harus terjadi, Aku akan hadapi. Dan bila Aku tak sanggup melewatinya. Aku percaya, Aku masih mempunyai teman yang akan membantuku untuk selalu mengulurkan tanganya.

Harapanku : Aku berharap Kau selalu tersenyum, Aku berharap yang terbaik. Untuk diriku, untuk dirimu. Dan semua orang yang Aku sayangi..

Dari sedikit yang ada, Ku akan tuliskan lebih banyak lagi apa yang Kau minta. Mekipun terkadang itu buruk, Namun Aku berharap Kau menyukainya.

Jangan pernah katakan sesuatu yang tak seharusnya dikatakan, jangan pernah lakukan sesuatu yang tak seharusnya dilakukan. Namun rasakan saja Aku ada disampingmu. Jika Kau ingin Aku ada didalam hangatnya pelukanmu. Katakan saja kepadaku. Karena Aku-pun tau, sebenarnya Kau adalah sebagian dari apa yang akan Aku butuhkan disepanjang waktu.

Hidup menurutku bagaikan sebuah buku. Harus ada sampul ataupun cover didepanya, kemudian ada isi dari lembaran-lembaran ditengahnya, dan juga harus ada sampul belakangnya. Sebelum kita membaca semuanya, kita harus mampu membuat dari awalnya. Dan Aku ingin apa yang telah Aku awali adalah sebuah gambaran dari beberapa tulisan yang akan Kau baca. Aku lakukan semuanya dengan estetika yang murni tertulis didalam kertas dengan sebuah tinta didalam pena. Dan Aku tau semuanya, untuk dapat melakukan sesuatu yang sempurna, Kita harus saling melengkapi satu sama lainya. Untuk dapat berdiri, kita harus saling melengkapi. Dan untuk dapat berjalan, kita harus menyatu dalam kebersamaan. Ambil saja indahnya, meskipun sederhana. Karena hidup ini memang sudah berat,maka tidak perlu lagi dibuat berat. Meskipun kita berjalan dalam keadaan terikat, sebenarnya Kita mampu melesat.

Untukmu,

Aku bertahan karena Kau ada disini,
Terkadang disaat Kau pergi,
Aku merasa mati.
Dari berbagai bintang yang ada dilangit sana,
Aku hanya ingin dirimu saja,
Dan ketika saatnya semuanya harus menghilang,
Kau akan selalu Ku kenang.

Kau akan menjadi catatan yang indah didalam buku ini, Kau tetap menjadi sebuah pelangi. Kau akan selalu berada didalam hujan, dan Kau tetap rasakan kedamaian.