Sabtu, 15 November 2014

Veren

Bersamanya, Veren. Dia adalah hal yang paling penting dalam hidupku yang membuatku merasa bahagia. Dia yang baik dengan kesederhanaanya, membuat diriku tak ingin jauh darinya, Setiap kali berada disampingnya ataupun memikirkanya membuatku merasa tenang, dan bahkan sangat tenang.

Veren, entah bagaimana Aku bisa selalu merasa tenang saat mendengar nama-nya, seperti percikan air yang kemudian mengalir tanpa suara menuju dermaga.

Namun, kini dimanakah semuanya ketika Aku sangat merindukanya?

Aku menundukan kepalaku, Aku menutup mataku, kemudian memikirkanya, dan terus memikirkanya. Setiap kali Aku menemukanya didalam pikiranku, selalu saja otak-ku mengembalikan daya ingatku hingga Aku terjatuh ke masa lalu.

Aku sadar, Aku pernah membuatnya kecewa, menyakitinya, dan membuatnya bersedih. Sebenarnya Aku ini memang tak pantas untuknya, dan Aku berpikir seharusnya Aku tak datang didalam kehidupanya. Namun semuanya memang telah terjadi, karena waktu memanggilku untuk tetap mengikuti detaknya. Seharusnya Aku berpikir dari awal, bahwa sesungguhnya : Cinta itu ada bukan untuk saling melukai, meskipun ada dan pernah sesekali saling menyakiti, tapi cinta ada untuk saling melengkapi.

Aku menghirup udara, meresapinya. Ku coba untuk mengajaknya berbicara. "Veren, Sampai kapankah kamu tetap berada disampingku, disini.. ?" Aku berusaha menanyakan kepadanya, didalam hatiku berharap Veren berbicara "Selamanya..." . Dan Aku yakin, karena Aku tau dia menyayangiku dan pasti akan mengucapkanya kepadaku.

Aku masih mampu merasakan-nya, Aku tak bisa membohongi perasaanku yang sebenarnya, Aku sangat mencintainya, dan Aku benar-benar mencintainya!. Otak-ku masih membeku, seolah ada sesuatu yang sangat berat yang ingin Aku cairkan. Entah itu tentangnya, ataupun tentang yang lainya. Aku tak bisa memahaminya sekarang, karena Aku terlalu sibuk untuk mengingatnya kembali seperti dahulu saat kita saling mengenal.

Seharusnya, Aku tak membiarkanya terus bersedih...

Sekarang, Aku mencoba berdiri lagi. Tetapi Aku tak bisa, Aku selalu terjatuh menatapmu, tertidur memikirkanmu dan terbangun dalam raut wajahmu. Terkadang Aku sendiri tak mengerti, Apakah sebenarnya Aku hidup didalam raga Veren? Karena setiap kali Aku bergerak, Aku merasakan seperti Dialah yang ada merangkulku. Tapi sudahlah, Aku tak bisa terus begini.. terus membuat diriku seperti ini.

Dalam dunia yang begitu sangat indah ini, Aku sampaikan kepada teman-temanku, Semuanya yang ada dibumi ini. Begitupun denganmu Veren, Lihatlah semua yang telah ada disini, Aku dan Kamu, Langit dan Bumi. Kita bersama, dan Bumi-Langit berdampingan. Tak usah terus bersedih, Aku disini selalu ada untuk semuanya, Semua yang pernah terjadi diantra kita. Jika kamu benar-benar merindukanku, panggilah Aku : Aku akan selalu datang untukmu.

Aku ingin Kamu berbicara sekarang, apa yang kamu rasakan dan apa yang kamu inginkan.

"Veren, Sampaikanlah satu pesan untukku dari pikiran dan hatimu.." Aku mengatakan kepadanya.

"Aku tak bisa lupakan semua, Aku dan kamu disini, Aku ingin kita seperti dulu lagi.." Jawabnya dengan raut wajah sedihnya.

Aku hanya terdiam, dan menatapnya.

Akupun tak mampu melihatnya bersedih, Aku tak bisa lakukan lebih untuknya, yang Aku bisa hanya menghiburnya, selalu berusaha menghiburnya.

Sejak semuanya terpisahkan, Aku mengerti bahwa sesungguhnya tidak ada alasan untuk meninggalkanmu. Meskipun kenangan selalu saja datang memanggilku, Aku hanya terdiam dan membisu. Maafkanlah untuk semuanya, sekarang ini kita jalani saja apa yang ada, apapun itu. Meskipun kini, Aku hanyalah temanmu saja. Kita harus selalu bersama. Kita tak perlu merubah semuanya, karena kita tau diantara kita tak ada yang mau semuanya terpendam.

"Maafkan Aku, Veren. Maaf..." Kataku, terakhir Aku ucapkan kepadanya.

Dia hanya terdiam, Aku tau sebenarnya Dia tak menginginkan ini semua, tapi semua memang sudah terjadi.

"Maaf, Aku tau kamu kecewa denganku, Aku juga sebenarnya tak mengnginkan ini semua terjadi, Tak ada yang bisa Aku jelaskan kepadamu, yang ingin kukatakan hanyalah Aku tak mau menyakitimu dihari-hari selanjutnya, Itulah alasan terbaik mengapa kita harus seperti ini.."  Kataku.

Veren terus memohon, "Aku tak ingin kita seperti ini, tapi mengapa kamu hancurkan mesin waktu yang telah menjadi saksi kebersamaan kita selama ini, mengapa kamu menghancurkanya?" Dengan suara tersedu, Veren mengatakanya kepadaku dan meneteskan air mata.

Entahlah, mengapa Aku bisa melakukan ini, Mungkin ego-ku masih terlalu tinggi. Sehingga Aku lebih memikirkan diriku sendiri daripada orang lain.

Kelemahanku adalah pada saat kamu menatapku, sehingga Aku terjatuh untuk terus menatapmu, dan Aku membuktikan itu 100% benar, Tapi di satu sisi yang lainya, Aku juga memiliki kelemahan yaitu menolak takdir, dan Aku membuktikan itu tak terhingga jika dihitung kebenaranya.

Oleh karena itu, anggaplah semua ini adalah sebuah takdir yang telah terjadi.

Apa kabar sayangku? Apa kabar harapanku? Aku melihat diriku sendiri berdiri disamping pepohonan yang menyejukan hati ini, Aku pandangi sekitar apakah benar disini hanya Akulah yang sedang tidak bahagia, atau juga masih banyak makhluk yang merasakan sama seperti apa yang Aku rasakan. Aku memandang, dan terus melihat sekitarku. Veren, Aku tak tau dimana diriku, karena Aku berjalan dengan kedua kakiku dengan mataku yang tertutup raut wajahmu.

Pada waktu itu, yang pernah ada diantara kita, kita habiskan bersama. Tetapi kini Aku menghabiskan waktu ini sendiri, tanpamu. Seingatku, dahulu kita adalah sepasang burung merpati putih yang selalu bersama, terbang bersama dan kemanapun bersama. Kini, Aku dan kamu telah berada di tempat yang berbeda, kita telah dimiliki seseorang dari masing-masing diantara kita. Aku sendiri, dan kamu sendiri.

Tetapi kamu harus percaya, waktu telah merekam kenangan kita berdua, kapanpun kita mau memutarnya, kita dapat dengan sesuka hati memutarnya. Yakinlah, kita pasti akan bersama seperti sedia kala.

Aku selalu berdo'a meminta kepada Tuhan, memohon agar apa yang Aku cintai, apa yang Aku sayangi, mereka selalu didalam kasih-MU. Terkadang Akupun merondukan semuanya kembali, dan bahkan sering seperti itu. Tuhan, ajarkan Aku do'a apa saja yang bisa mengembalikan lagi semua seperti semula! Berikanlah Tuhan, kembalikanlah. Sebab, Engkaulah yang maha Kuasa.

Aku mulai menggambar lagi hidupku untuk yang kedepanya, yang sebelumnya Aku tak menyangka bahwa akan seperti ini. Aku memulai menghitung seberapa besar Aku mencintaimu, Aku lakukan dari awal. Secara perlahan, teliti, dengan penuh perasaan, dan hasilnya setelah Aku resapi adalah Positif! Ya, sungguh. Aku benar mencintaimu! Bukan yang lainya. Aku semakin tak mempercayainya, Aku ulang lagi perhitunganku, Aku rasakan lagi, dari semua kebersamaan kita, dari apa yang pernah ada diantara kita, ternyata sama : Sesungguhnya Aku tak bisa menjauh darimu, bahkan sedikitpun tak bisa, semakin Aku berusaha untuk melupakanmu, malah justru Aku semakin mencintaimu..

Tidak ada komentar: