Kamis, 08 Oktober 2015

Tentang Indonesiaku

Disaat semua harus tertumpah bercucur darah dalam perang, para pejuang bertaruh nyawa untuk menyimpan sedikit harapan, bukan untuk mereka sendiri, akan tetapi untuk anak cucunya, untuk kita, yang telah hidup di tanah yang merdeka. "Akan tetapi apakah kalian pernah benar merasa merdeka di tanah ini?" Mungin darah baginya adalah seperti tak ada artinya, namun tanah air benar-benar seperti sebuah permata. Disaat itu mereka hampir tak pernah tertidur demi menjaga tanah air, siang atau malam tetap sama, mereka selalu diteror dengan rasa cemas, kapanpun peluru siap menembus tubuh mereka, granat siap menghancurkan segala yang ada, namun tak ada rasa takut sedikitpun untuk mundur bagi mereka, "Para pejuang tanah air" yang dimasa itu tak pernah mau tau apa-apa kecuali kata Merdeka!  Inilah muka indonesia yang dibanggakan, semula mereka hidup dengan penuh perjuangan, dan berakhir dengan senyuman kemerdekaan. Namun lihatlah sekarang, apa kalian pernah benar-benar merasakanya?
Indonesia memang kaya, dengan ribuan kepulauan, dengan banyak hutan-hutan, beragam tumbuhan dan hewan. Indonesia memang kaya, namun hanya untuk dinikmati sebagian orang saja, yaa... hanya dinikmati untuk orang-orang yang sok berkepentingan, orang-orang Tolol yang merampas kebahagiaan rakyat kecil jalanan. Hanya demi kepentingan sendiri, orang tolol membakar lautan udara kehidupan negeri Indonesia ini, merampas kekayaan tanpa berbagi, merangkus kebahagiaan tanpa menjamahi. Untuk apa sebenarnya gedung-gedung beton yang berdiri kokoh menjulang keatas langit? Untuk mereka para atasan dan orang yang berkepentingan? Lantas, dimanakah rakyat kecil harus tinggal dan bertahan hidup? Untuk pekerjaanpun tak selalu mereka dapatkan. Mereka bersusah payah mencari uang, orang tolol dengan mudah merampasnya. Dimanakah kami harus benar-benar merasakan ketenangan dalam hidup di indonesia ini? Dimanakah kami harus tinggal? Apa harus terus dijalanan? Di kolong jembatan? Atau di tepi sungai yang sangat menjijikan? Kami tak pernah mengharapkanya, namun keasaan memaksa kami untuk tinggal disana!
Kini asap telah memaksa kami untuk menghirupnya, udara segar tak lagi ada, kami bernafas untuk sebuah kesakitan saja. Inikah yang diharapkan para orang yang berkepentingan?

Katanya sih Indonesia adalah negara hukum, dengan undang-undang dan pancasilanya, dan tentang Bhineka tunggal ika - nya. Namun kenyataanya adalah berbanding terbalik, orang miskin hanya mengambil kerikil namun dihukum bertahun-tahun, sedangkan mereka yang mengambil Bebatuan malah seperti dibiarkan. Orang-orang kaya yang merampas segala sesuatunya hanya mendapat hukuman bayangan, dengan uang mereka bisa melakukan segala sesuatunya, hukum di tanah air mampu dibelinya. Seperti "Koruptor! "Anjing yang berkeliharan namun dibiarkan, seharusnya hukum ditanah air ini ditegaskan, mana yang harus benar-benar dibinasakan dan mana yang benar-benar dihidupkan.
Apakah ini yang namanya Keadilan?
Kini, kami hidup di negara ini seperti hidup di negara orang, sangat keji, dan bahkan seperti tak pentingkan.

Setitik Harapan
Tentang negeriku,
Seharunya aku hidup damai disini,
Membagi senyuman di dalam waktu,
Bercerita tentang kebahagiaan sejati,
Dalam tanah airku,
Aku bernyawa saat mereka berteriak Merdeka!
Merubah langit menjadi biru,
Melantunkan sebuah nada di akhir cerita,
Andaikan saja negeri ini seperti saat itu,
Bukan perang yang harapkanKu
Namun ketenangan yang Ku tunggu,
Untuk negeriku,
Biar bagaimanapun Aku mencintaimu,
Bukan orang-orang yang menghancurkanmu,
Bukan orang-orang yang menyiksamu,
Karena bagiku mereka adalah musuh yang harus mati ditanahku.

Kita sadar diri saja bagaimana harus bertindak, jangan munafik pada diri sendiri, semula mendukung pada akhirnya menghujat. Lakukan saja apa yang seharusnya dilakukan, jangan pernah biarkan negara yang katanya kalian cintai dikuasai oleh orang-orang yang mementingkan diri sendiri. Mulailah peduli oada sesama, saling mengulurkan tangan, karena apa yang kalian beri pasti akan kembali suatu saat nanti. Jangan nikmati kebahagiaan kalian sendiri, lihatlah sekeliling kalian apakah kalian harus membaginya atau tidak. Mulailah dari diri kalian sendiri, setelah kalian berhasil menguasai diri kalian dan mampu berpikir, kemudian lakukanlah sesuatu hal yang positif untuk sekitarmu.



Terkadang kenyataan tak seindah harapan, namun itulah realita yang ada, jalani apa yang telah terjadi dan bersiaplah untuk yang akan terjadi.
#AnotherDay 

Tidak ada komentar: